Selamat Datang...Terimakasih -- Telah Berkunjung;tp masih dalam proses,Tapi - Jangan Lupa Bergabung...-- seadanya aja ya,he.."Jangan Menunggu Petang, Jadilah Sesegera Pagi!! -- http://iemaes.blogspot.com/... thank's;

Senin, 26 Maret 2012

cerpen


JILBAB NISA
oleh : Petang (Imas Masitoh)
Jejalanan masih berdebu, para penguasa masih berkuasa, rakyat tidak bisa melakukan apa-apa. Setiap ada yang kritis terhadap pemerintah penjara menjadi rumah setianya. Ya inilah zaman ketika itu. Langkahpun terhenti dan mati, itu hanya pilihannya. Zaman inilah berbagai kebijakan pemerintah yang dianggap banyak merugikan umat Islam. Ketika itu Nisa masih duduk di bangku SMA Negeri yang ada di pusat kota.
“Aku akan memakai jilbab” Nisa berkata pada dirinya di depan kaca tua di kamarnya. Ketika Nisa masuk sekolah tampak ada yang berbeda dari dirinya, orang-orang melihatnya dengan tatapan aneh. Tapi tak Nisa hiraukan, tapi ia beri mereka senyuman dan sapaan, itulah Nisa. Ketika Nisa memasuki kelas, teman-temannyapun aneh melihatnya dan ia langsung duduk. Tiba-tiba salah satu temannya mendekatinya.
“Nisa kenapa kamu pake jilbab?” Tanya Mela temannya.
“Nisa ingin menutup aurat, dan ini sebagai bentuk rasa cinta Nisa kepada Allah.” Jawab Nisa.
“Tapi, sekolah melarang untuk pakai jilbab.”
“Gak apa-apa, Nisa akan tetap pekai jilbab dan tidak akan takut Mel, Nisa hanya takut kepada Allah.” Amelpun merinding mendengar jawaban dari Nisa.
Bel berbunyi memberi tahu bahwa pelajaran akan dimulai, Nisa dan teman-teman di kelasnya merapihkan diri, duduk di tempatnya masing-masing, dan suara serba-serbi mulai padam ketika guru masuk kelas.
“Nisa kamu keluar!” Gurunya menyuruh Nisa untuk keluar, tidak boleh mengikuti pelajaran di dalam kelas.
“Ma’af Bu kenapa Nisa harus keluar, Nisa kan tidak melakukan kesalahan apa-apa.”
“Apakah kamu tahu peraturan sekolah salah satunya tidak boleh memakai jilbab!”
“Ya tahu bu, tapi ini adalah hak Nisa sebagai wanita Muslim.” Nisa berusaha untuk membela diri, tapi Gurunya tetap dengan alasan memakai jilbab, Nisa telah melanggar peraturan sekolah tidak boleh ikut pelajarannya.
“Ya Allah, berilah Nisa kesabaran.” Dalam hati Nisa berdo’a. Nisapun keluar tapi malah membuat Nisa bersemangat untuk mengikuti pelajaran di luar kelas walau hanya bisa mendengarkan dan bertemankan bangku panjang dan udara dingin di pagi itu. Dan Nisa dapat membuktikan kepada teman-temannya bahwa prestasinya selalu lebih unggul walau hanya dapat belajar di luar kelas.
***
Hari berganti hari telah Nisa lalui, di sebuah Taman kecil depan kelasnya banyak bunga didatangi kupu-kupu menambah indah. Nisapun duduk di bawah pohon rindang sambil membaca buku dengan Amel.
“Nisa, bolehkah aku mengatakan sesuatu kepadamu?” Tanya Amel sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Ya boleh Mel, tumben ada apa nih tidak seperti biasanya.” Jawab Nisa sambil memberikan senyuman yang mungkin termanis saat itu kepada Amel.
“Aku sayang dan cinta sama Nisa, bolehkan aku mengungkapkan ini?”
“Dan gak mau sampai kehilangan kamu, Nisa”
“Tentu boleh sekali, bukankah Rasul juga telah mengajarkan kita untuk mengungkapkan rasa cinta itu kepada sesama yang sama-sama perempuan dan laki- laki ke laki-laki lagi maksudnya untuk lebih mengikatkan rasa persaudaran.”
“Kaya Nisa mau ke mana saja gak mau kehilangan”
“Ikhhhh…serius!”
“Iya, ya Nisa juga sayang dan cinta sama Amel, semoga Allah juga mencintaimu Amel karena kau telah mencintaiku karenaNya” Tiba-tiba Amel lebih mendekati Nisa duduknya.
“Nisa sudahlah, kamu jangan dulu pakai jilbab di sekolah aku sedih melihatmu akhir-akhir ini yang menimpamu, tidak bisa ikut pelajaran di kelas, dan kamu suka dapat hukuman terus.”
“Amel terimakasih sudah memberiku perhatian, jangan bersedih ya! Nisa masih bisa bersyukur walau hanya ikut pelajaran di luar kelas, mendapatkan hukuman, tatapan-tatapan aneh dari temen-temen di sini. Nisa yakin Allah telah mempersiapkan kejutan indah untuk Nisa nanti. Terlebih lagi Nisa bahagia bisa kenal dan punya teman seperti Amel.” Jawab Nisa mencoba menenangkan Amel. Nisapun mendekap erat Amel, tak tertahan mutiara-mutiara cinta yang menyerupai tetesan embun keluar dari mata Amel.
Setelah keputusannya untuk memakai jilbab, memang hampir semua pelajaran Nisa di ancam tidak bisa mengikuti pelajaran di kelas. Ketika olahraga harus pakai celana pendek di atas lutut,dan bahkan sering dihukum, kecuali jika Nisa membuka jilbabnya. Itulah yang membuat Amel temannya sedih melihatnya.
***
“Teeeeeeeeeeeeet….”
Bel sekolah berbunyi, semua siswa-siswi riuh untuk pulang meninggalkan kelas dan sekolah. Nisa dan Amel seperti biasa akan pulang bersama, tetapi sebelum mereka sampai ke gerbang sekolah. Tiba-tiba Nisa dipanggil oleh teman laki-lakinya.
“Nisa kamu dipanggil oleh kepala sekolah!”
“Ya terimakasih.”
Nisa pun langsung menemui pak kepala sekolah dengan Amel. Di depan kantor pak kepala sekolah sudah menunggu Nisa.
“Ma’af pak saya Nisa, ada apa pak Nisa dipanggil?”
“Nisa kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan di sekolah ini?”
“Ma’af maksudnya apa pak?”
“Lihat diri kamu, kamu sudah melanggar peraturan sekolah!”
“Maksud bapak karena Nisa pakai jilbab?”
“Iya, di sekolah ini tidak boleh ada yang memakai jilbab. Dan lihat gara-gara perbuatanmu ada yang mengikutimu pakai jilbab!”
Tiba-tiba siswa-siswi yang akan pulang, mengerumuni Nisa dan kepala sekolah penasaran apa yang sebenarnya sedang terjadi.
“Bukan kah itu bagus pak?”
“Dan mohon ma’af Nisa tidak merasa berbuat salah pak, yang membuat peraturan sekolah itu yang salah, karena itu hak Nisa sebagai siswi yang beragama Islam untuk memakai jilbab!”
“Sudahlah Nisa..!” Amel mencoba untuk menenangkan Nisa.
“Sekarang kamu tinggal pilih, kamu tetap memakai jilbab dan dikeluarkan dari sekolah ini atau kamu tidak memakai jilbab dan tetap sekolah di sekolah ini!”
“Nisa akan tetap memakai jilbab dan tetap sekolah di sekolah ini!”
Serentak semua teman-teman Nisa dan siswa-siswi yang melihat kejadian ini dan mendengar jawaban Nisa, kaget atas jawaban dan keberanian Nisa.
“Ma’af pak dicukupkan saja, tidak enak banyak anak-anak nanti saja dilanjutkan.” Saran salah satu guru yang mendekati pak kepala sekolah dan mencoba untuk menenangkannya.
Dan akhirnya semuanya dibubarkan, Nisa dan Amel pun langsung pulang. Sejak kejadian itu, siswa-siswi di sekolah Nisa rame membicarakan kejadian Nisa dan pak Kepala Sekolah. Komentar mereka pun beragam, ada yang mendukung Nisa dan mereka pun langsung menemui Nisa di kelasnya untuk berdiskusi mengenai jilbab. Dan akhirnya mereka pun berjilbab. Ada juga yang menjauhi Nisa, karena menurut mereka Nisa termasuk siswi yang nakal tidak mengikuti peraturan sekolah. Akhirnya mereka memusuhi Nisa. Walupun begitu, Nisa tetap berbuat baik kepada mereka dan tidak menganggap mereka sebagai musuhnya.
***
Aksi besar-besaran terjadi waktu itu,ribuan orang bernyawa memenuhi seluruh jalan menuju rumah yang disebut sebagai wakil rakyat. Dan rezim pemerintahan bisa diturunkan.
Akhirnya Nisa dan teman-temannya bisa lega, karena tidak ada lagi yang mengasingkannya, tidak ada lagi Nisa harus mengikuti pelajaran di luar kelas, dapat hukuman sampai tidak ada lagi yang melarangnya untuk berjilbab. Karena dengan bergulirnya pemerintahan, sekolah pun membolehkan siswi-siswinya yang beragama Islam untuk berjilbab. Inilah pada waktu itu Nisa berjilbab.
Serang, 26 Maret 2012

Tidak ada komentar: